Bagi
penggemar bola, siapa yang nggak tahu Barcelona?. Jika saya menyebutkan tentang
Barcelona, apa yang anda pikirkan?.
Ada
yang memikirkan sosok tri barca, yaitu messi, xavi dan iniesta. Ya, mereka lah
roh dari permainan Barcelona untuk saat ini. Ada juga yang memikirkan sosok
pelatih – pelatih hebat mereka, yaitu Pep Guardiola atau bahkan pelatih
teranyar yaitu Tito Vilanova. Namun, semua orang pasti memikirkan tentang “Tiki
– Taka Style”. Ya, Tiki – Taka (kalau tidak salah) yang awalnya digagas oleh
Frank Rijkard, kini menjadi sebuah strategi yang sangat ampuh dalam dunia sepak
bola. Dari hari ke hari strategi ini dikembangkan oleh beberapa pelatih Barca.
Dan hasilnya adalah ketika Barca ditukangi oleh Pep Guardiola. Strategi ini
semakin menimbulkan efeknya bagi Barca. Barca meraih banyak gelar dalam waktu
yang singkat. Tak sedikit pula strategi ini menjadi perbincangan diseantero
dunia. Banyak tim – tim yang “takut” ketika menghadapi tim dengan gaya tiki –
taka. Banyak pula tim – tim yang tumbang ketika strateginya beradu dengan tiki
– taka. Strategi ini menjadi strategi terbaik pada zamannya.
Terlepas
dari kecemerlangan tiki taka. Saya berfikir bahwa strategi ini adalah strategi
yang pasti memiliki kelemahan. Dan menurut saya, strategi tandingan bagi
strategi ini adalah sebuah strategi klasik. Strategi yang (kalau tidak salah)
berasal dari negeri pizza, Italia. Negeri klasik di belahan eropa yang selalu
mempertahankan ke-klasikan-nya. Sebut strategi itu sebagai strategi Cattenacio.
Sebuah strategi yang menggambarkan perjuangan gladiator – gladiator Italia.
Strategi yang mengutamakan keindahan atau seni dalam bertahan untuk menyerang
dan melumpuhkan lawan. Ya, strategi ini saya kira ampuh untuk menahan laju tiki
– taka. Hanya saja menghadapi tiki – taka diperlukan kesabaran yang ekstra
sabar, karena tiki – taka selalu membongkar pertahanan musuh dengan sabar,
pelan dan pasti. Namun, Cattenacio juga selalu sabar, keras, dan pasti dalam
menghadang setiap serangan musuh.
Tidak
terlalu berlebihan ketika saya mengatakan bahwa lawan dari Tiki – taka adalah
Cattenacio. Sebuah seni menyerang melawan seni bertahan. Bayangkan, akan
seperti apa pertandingan yang anda saksikan.
Selama
beberapa tahun belakangan tiki – taka memang masih menjadi strategi ter-wow.
Namun, beberapa tim lain juga mulai memakai sebuah strategi klasik yang bisa
sedikit atau bahkan banyak menahan laju tiki – taka. Saksikan ketika Chelsea
melawan Barcelona di fase knockout liga champion musim lalu. Chelsea yang berasal
dari negara Kick and rush-pun harus melakukan Cattenacio untuk menghadang laju
Tiki – taka. Italia yang menjadi asal muasal Cattenacio-pun dengan gagah
meladeni Tiki – taka di final piala eropa, walau-pun pada akhirnya Italia harus
mengakui keunggulan negeri matador. Bahkan adu strategi bebuyutan ini juga tak
hanya terjadi antara Italia dan Spanyol saja. Bahkan level asia-pun terjadi
pertarungan strategi tersebut.
Yang
terbaru adalah ketika Indonesia yang dijamu Iraq dalam laga Pra Piala Asia yang
diadakan didubai. Tim Indonesia yang diprediksikan akan menjadi lumbung gol
bagi Iraq yang notabennya adalah juara Asia, mampu menepis prediksi tersebut
walaupun pada akhirnya Indonesia harus mengakui kualitas Iraq yang memang
berada jauh diatas Indonesia. Pertandingan kala itu bak pertandingan Tiki –
taka melawan Cattenacio. Tiki – taka diperagakan oleh Iraq dan Cattenacio
diperagakan oleh Indonesia. Iraq yang dengan antusiasnya membongkar pertahan
Indonesia demi memenuhi hasrat haus gol mereka harus menunda kebahagiaan mereka
hingga pertengahan babak kedua. Walaupun pada akhirnya Iraq menang tipis
melawan Indonesia. Namun, bagi saya, pertandingan tersebut adalah cerminan
ketika Tiki – taka melawan Cattenacio. Tim Indonesia-pun mampu menepis prediksi
negative tentang lumbung gol menjadi sebuah mimpi yang sedikit buruk bagi Iraq
yang membuat pemain Iraq harus tidak meremehkan Indonesia. Saya bangga dengan
pemain – pemain Indonesia yang dengan sabar dan kerasnya menghalau berbagai
serangan – serangan Iraq. Walaupun sejujurnya, hasil kalah terlalu menyakitkan
bagi saya yang berekspektasi untuk kemenangan Indonesia atau hasil imbang. Tapi
ini lah perjuangan Warga Negara Indonesia. Mau dan mampu membela Negara-nya
walaupun dihadang keterbatasan yang ada. Pertahanan yang rapat seperi
Cattenacio mampu menahan serangan yang brutal seperti Tika – taka yang
merongrong pertahanan lawan. Dan Cattenacio ala Indonesia-pun mampu membuang
jauh – jauh bahwa Indonesia akan menjadi lumbung gol bagi Iraq. Indonesia bukan
lumbung gol!. Grazie Cattenacio. Terus lawan Tiki – taka!